Cari Blog Ini

Arsip Blog

Sabtu, 05 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN BAHAYA YANG MENYANGKUT MINAT



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis Hurlock (1980) masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia, yaitu: usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah; usia 6-12 tahun sisebut usia sekolah; dan usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. 
Selama “pertengahan tahun” masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Dinegara-negara industri periode ini dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baiak dalam berbagai hal; misalnya, mereka dapat berlari lebih cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan dengan bermain, belajar, dan bekerja yang terstruktur. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan teman sebaya. Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima tanggung jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan.
Saat anak melalui penyesuaian ini, perawat membantu meningkatkan kesehatannya. Hal ini dilakukan dengan membantu orang tua dan anak mengidentifikasi stresor potensial dan merancang intervensi untuk meminimalkan stres dan respons stres anak. Intervensi melibatkan orang tua, anak dan guru untuk mencapai ke-0berhasilan yang maksimal.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari penyajian makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga juga secara khusus untuk :
1.      Untuk lebih memahami perkembangan anak usia sekolah.
2.      Untuk memahami dan mengidentifikasi masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah.
3.      Untuk memahami proses keperawatan keluarga pada anak usia sekolah.

1.3  Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari isi makalah ini, antara lain :
1.      Memahami perkembangan anak usia sekolah.
2.      memahami dan mampu mengidentifikasi masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah.
3.      Memahami proses keperawatan keluarga pada anak usia sekolah.

BAB II
pembahasan

2.1  Konsep Keluarga
A.      Pengertian
Keluarga  adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga  adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998).
Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga  sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga  sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga .
Dapat disimpulkan bahwa keluarga  adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.

B.       Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga , interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah.

C.      Struktur keluarga
Struktur keluarga  (ikatan darah) : 1.Patrilineal, keluarga  sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah 2. Matrilineal, keluarga  sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu 3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga  sedarah istri 4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga  sedarah suami 5. keluarga  kawinan, hubungan. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga  dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
Ciri-ciri struktur keluarga  : 1. Terorganisasi, bergantung satu sama lain 2. Ada keterbatasan, 3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing.

D.      Kelompok keluarga  di Indonesia berdasarkan sosial ekonomi dan kebutuhan dasar
1.         PRASEJATERA, belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal: pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga  belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap I.
2.         KELUARGA  SEJAHTERA (KS I) telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan.
Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan
3.         KELUARGA  SEJAHTERA II
Indikator : belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai
agama,  makan 2 kali sehari,  pakaian berbeda,  lantai bukan tanah,  kesehatan (idem),  daging/ telur minimal 1 kali seminggu,  Pakaian baru setahun sekali,  Luas lantai 8m2 per orang,  Sehat 3 bulan terakhir,  Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap,  Umur 10,  60 tahun dapat baca tulis,  Umur 7-15 tahun bersekolah,  Anak hidup 2/lebih, keluarga  PUS saat ini berkontrasepsi.

4.         KELUARGA  SEJAHTERA III
Indikator :  belum berkontribusi pada masyarakat,  ibadah sesuai agama, 
pakaian berbeda tiap keperluan,  lantai bukan tanah,  kesehatan idem,  anggota melaksanakan ibadah,  daging / telur seminggu sekali,  memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir,  luas lantai 8 m2 perorang,  anggota keluarga  sehat dalam 3 bulan terakhir.
5.         KS TAHAP III PLUS, dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator KS III + (ditambah),  memberikan sumbangan.

E.       Fungsi keluarga
1.         Fungsi afektif dan koping keluarga  memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
2.         Fungsi sosialisasi keluarga  sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
3.         Fungsi reproduksi keluarga  melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
4.         Fungsi ekonomi keluarga  memberikan finansial untuk anggota keluarga nya dan kepentingan di masyarakat.
5.         Fungsi fisik, keluarga  memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

F.       Tugas perkembangan keluarga  dengan anak usia sekolah
1.         Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
2.         Mempertahankan keintiman pasangan
3.         Memenuhi kebutuhan yang meningkat

G.      Masalah keperawatan kesehatan keluarga
Ø  Bahaya fisik
ü  Penyakit
ü Kegemukan
ü Kecelakaan
ü Kecanggungan
ü Kesederhanaan
Ø  Bahaya Psikologis
ü Bahaya dalam konsep diri
ü Bahaya moral
ü Bahaya yang menyangkut minat
ü Bahaya dalam penggolongan peran seks
ü Bahaya dalam perkembangan kepribadian
ü Bahaya hubungan keluarga

2.2  Konsep Anak Usia Sekolah 
A.      Pengertian
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun. Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.

B.       Perkembangan usia sekolah
Ø  Perkembangan biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm pertahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lebih cepat perkembangannya daripada otot.

Ø  Perkembangan psikososial
Menurut freud, perkembangan psikoseksualnya digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase Oedipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat dan akrap dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erickson, perkembangan psikoseksualnya berada dalam tahap industri vs inverior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifst teknologi dan social, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas, inilah yang merupakan tahap industri. Bla tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior. Tahap ini sangat dipengaruhi factor intrinsik (motivasi, kemampuan, tanggungjawab yang dimiliki, kebebasan yang dimiliki, interaksi dengan lingkungan, dan teman sebaya ) dan factor ekstrinsik (penghargaan yang didapat, stimulus, dan keterlibatan orang lain).

Ø  Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan factor terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak muda bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental ini sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannnya. Yang perlu dilakukan orang tua dan guru adalah bersabar, menciptakan situasi baru agar tidak bosan, menjadi figure dalam sehari-hari, selalu memberikan harapan, dan mengurangi ketergantungannya dengan cara memberikan pengertian.

Ø  Perkembangan kognitif
Menurut peaget, usian ini berada dalam tahap operasional konkrit, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpai. Kemampuan anak yang dimiliki dalam tahap opersional konkrit :
a.         Konservasi, menyukai sesuatu yang didapat dipelajari secara konkrit bukan magis.
b.        Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan menguruntukan.
c.         Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh sebelumnya.

Ø  Perkembangan moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikatagorikan oleh kohlbherg berda dalam tahap konvesional. Pada tahap ini, anak mulai belajar peraturan-peraturan yang berlaku, menerim peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Ornag tua perlu memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.

Ø  Perkembangan spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkrit atau nyata dari pada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surag dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka. Anak mulai belajar tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajiakan secara konkrit atau nyata dan juga mencoba menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika.

Ø  Perkembangan bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar. Pembentukan kalimatnya teratur dan tidak terpotong-potong setelah usia 9 tahun. Untuk meningkatkan pengertian terhadap bahasa, anak perlu diberi kesempatan mendengarkan radio dan menonton televise untuk meningkatkan konsentrasi dan pengertian. Juga perlu dilibatkan dalam pembicaraan sosial sehingga egosenrisnya sedikit hilang. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendalai dan terseleksi, karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.

Ø  Perkembangan sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yanag ditandai dengan adanya minat terahadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya dengan geng remaja. Tujuan dari geng anak-anak diantaranya memperoleh kesenangan dalam bermain.

Ø  Perkembangan seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-taman telebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian,l dan bahkan gerk gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-mionat yang sesuai denga dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untukl mempersiapkan anak menjelang pubertas.

Ø  Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalm tokoh-tokoh sejarah, cerita khayalan, sandiwara, film, dan tokoh nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego idea, yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi. Pada usia ini pula, anak pada umumnya mencari identitas diri agar diterima kelompoknya karena takut kehilangan dukungan dari kelompok.

Ø  Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena serlama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan social sehingga memungkinkannya untuk meniokmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini :
1.        Bermain konstruktif  membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
2.        Menjelajah : ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3.        mengumpulkan :  benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4.        Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar ( bola basket dan sepak bola ) dan senang pada permainan yang bersaing.
5.        Hiburan : anak ingin maluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio, menonton, atau melamun.
Keluarga dengan usia sekolah merupakan salah satu tahap yang mesti dilalui dan merupakan masa-masa yang sibuk bagi orang tuanya dan banyaknya keinginan yang dilakukan oleh anak-anak. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga, yaitu :
1.        Mensosialisasikan anak dengan lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan kelompok dengan teman sebayanya.
2.        Mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis.
3.        memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman. 1998).

C.      Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan psikologis.
·           Bahaya fisik
1.        Penyakit
2.        Kegemukan
3.        Kecelakaan
4.        Kecanggungan
5.        Kesederhanaan
·           Bahaya Psikologis
1.        Bahaya dalam berbicara
2.        Bahaya emosi
3.        Bahaya bermain
4.        Bahaya dalam konsep diri
5.        Bahaya moral
6.        Bahaya yang menyangkut minat
7.        Bahaya dalam penggolongan peran seks
8.        Bahaya dalam perkembangan kepribadian
9.        Bahaya hubungan keluarga


2.3  Konsep Minat
Dalam psikologi pendidikan, konsep minat diniterpretasikan sebagai variabel motivasi konten spesifik yang dapat diselidiki dan secara teori dapat direkonstruksi. Minat yang terkait dengan kejuruan berkembang selama masa kanak-kanak dan remaja dan berkembang semakin stabil. (Holland, 1997). Secara karakteristik, konten atau objek pola minat seorang individu digunakan untuk menjelaskan kepribadiannya serta untuk membuat perkiraan tentang pilihan masa depan.
Dalam konteks pendidika, minat diterjemahkan sebagai variabel motivasi spesifik konten yang memiliki pengaruh penting pada pembelajaran dan arah perkembangan manusia. Sebagian besar minat yang relevan untuk pembelajaran dan pekerjaan tersedia untuk beberapa periode waktu yang terbatas saja dan didorong oleh rangsangan eksternal (minat situasional). Namun ada juga minat spesifik konten yang bertahan agak stabil untuk periode waktu yang lebih lama dan sebagiannya merupakan makna utama dalam rangkaian kehidupan pribadi yang berkembang. Oleh sebab itu minat manusia pada dasarnya tidak dipandang sebagai ciri-ciri  pribadi yang stabil (sifat) namun lebih sebagai komponen sistem motivasi yang rumit pada seseorang yang mengalami perubahan perkembangan yang permanen.

A.       Perkembangan Minat
Para ahli teori Pendidikan selalu ingin memelihara perkembangan minat yang bertahan di sekolah (secara pendidikan bernilai) yang dipandang sebagai tujuan pendidikan supraordinat. Diasumsikan juga bahwa hubungan berbasis minat yang stabil dan memuaskan pada wilayah objek yang dipilih secara bebas merupakan dasar utama untuk perkembangan manusia dan kesehatan mental (Deci&Ryan,2002; U Schiefele,1978).
Pengalaman tertarik dalam situasi pembelajaran selalu merupakan hasil dari sebuah interaksi antara faktor personal dan situasional. Dalam pelatihan kejuruan, misalnya, minat situasional dapat diciptakan dengan presentasi “menarik” tentang topik terkait kejuruan atau dengan kesempatan untuk belajar bagaimana menyelesaikan sebuah masalah subjektif yang bermakna.). Faktor menarik dalam sebuah situasi spesifik membangkitkan minat baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Tiga jenis minat, yang dari perspektif ontogenetic merepresentasikan tiga tahap prototipikal( dasar) perkembangan minat :
a.    Minat situasional yang dibangkitkan atau didorong oleh stimulus eksternal untuk pertama kali
b.    Minat situasional yang bertahan selama tahap pembelajaran tertentu
c.    Minat individual yang merepresentasikan predisposisi yang relatif bertahan untuk menunaikan wilayah objek minat tertentu.
Individu memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan dirinya sendiri dari mulai masa kanak-kanak dan seterusnya. Pada usia yang sangat muda, seseorang telah mulai mempengaruhi “objek” dalam lingkungan fisik dan sosial dalam mendukung kebutuhan aktualnya dan tujuan pribadinya

B.     Teori Minat Objek-Orang (Person-Object Theory of Interest /POI )
Temuan empiris menunjukkan bahwa motivasi belajar berdasarkan minat, cenderung memiliki pengaruh positif pada proses dan hasil pembelajaran. Minat umumnya dipahami sebagai sebuah fenomena yang muncul dari interaksi individu dengan lingkungannya.
Konten sebuah minat dapat diinterpretasikan dari dua perspektif:
1.    Pengetahuan seseorang tentang objek tersebut dan penilaian emosionalnya
2.    Pengalaman subjektif seseorang

C.    Konsep Minat dari PerspektiKonsep Perspektif Level Analisis Yang Berbeda
 Pada level pertama, minat merujuk pada struktur motivasi individu yang habitual atau disposisional.= minat individu yang telah ada( minat pribadi). Pada level kedua, minat merujuk kepada hubungan/engagement saat ini= minat situasional yaitu minat yang dipengaruhi faktor eksternal.

D.    Ciri-Ciri Umum Minat
·      Aspek Kognitif
Dari segi ciri-ciri kognitif, diasumsikan bahwa sebuah minat berkembang, dan komponen struktur berubah dari segi representasi kognitif. Penelitian membuktikan bahwa struktur kognitif seseorang berhubungan dengan wilayah pengetahuan minat individu. Berdasarkan gagasan Piaget (1985Berdasarkan 1985) bahwa minat bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan (akomodasi) dan mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada situasi yang baru (asimilasi), seseorang dapat menginterpretasikan aktifitas berbasis minat sebagai sebuah kombinasi dua proses yang saling berhubungan erat (Krapp,2003)
·      Ciri-Ciri Emosional
Menurut Prenzel (1988) dan U. Schiefele (1991) perasaan senang, keterlibatan, stimulasi dan ketegangan dalam arti tingkat optimal pembangkit adalah aspek emosional yang paling tipikal dalam aktifitas berbasis minat. Merujuk Self Determination Theory (SDT; Deci & Ryan, 1985,2002;Ryan,1995), telah dinyatakan bahwa pengalaman emosional dianggap berkaitan dengan kebutuhan kompetensi dasar, otonomi dan keterkaitan sosial untuk mensifati pengalaman emosional minat spesifik (Krapp, 2005).
·      Ciri-Ciri Yang Terkait Dengan Nilai
POI mengasumsikan bahwa minat seorang individu berhubungan erat dengan sistem dirinya (cf. Deci&Ryan, 1985;Fend,1994; Hannover,1997,1998; Kuhl,200,2001; Sheldon&Elliot,1998). POI nilai komponen sebuah minat juga dirujuk dengan menggunakan konsep “self intentionality” untuk memperjelas bahwa tujuan dan maksud yang berhubungan dengan wilayah objek sebuah minat sesuai dengan sikap, ekspektasi, nilai dan aspek lain dari sistem diri seseorang

2.4  Asuhan Keperawatan Keluarga pada Anak Usia Sekolah dengan Bahaya yang Menyangkut Minat
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu data yang berhubungan dengan keluarga dan anak meliputi :
A.      PENGKAJIAN
1.         Data Umum
Ø  Kepala Keluarga (KK)
Ø  Alamat dan telepon
Ø  Pekerjaan KK
Ø  Pendidikan KK
Ø  Komposisi keluarga
Ø  Tipe keluarga
Ø  Suku bangsa
Ø  Agama
Ø  Status sosial ekonomi keluarga
Ø  Aktivitas rekreasi keluarga
2.         Riwayat
Ø  Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ø  Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ø  Riwayat kesehatan keluarga inti
Ø  Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
3.         Data lingkungan
Ø  Karakteristik rumah
Ø  Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Ø  Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ø  Sistem pendukung keluarga
4.         Struktur keluarga
Ø  Struktur peran
Ø  Nilai atau norma keluarga
Ø  Pola komunikasi keluarga
Ø  Struktur kekuatan keluarga
5.         Fungsi keluarga
Ø  Fungsi ekonomi
Ø  Fungsi mendapatkan status sosial
Ø  Fungsi pendidikan
Ø  Fungsi sosialisasi
Ø  Fungsi pemenuhan (perawatan atau pemeliharaan) kesehatan
Ø  Fungsi religius
Ø  Fungsi rekreasi
Ø  Fungsi reproduksi
Ø  Fungsi afeksi
6.         Stres dan koping keluarga
Ø  Stressor jangka pendek dan panjang
Ø  Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ø  Strategi koping yang digunakan
Ø  Strategi adaptasi disfungsional
7.         Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga
8.         Harapan keluarga

B.       Diagnosis  dan intervensi keperawatan
Perawat mengklasifikasikan data untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Pada asuhan keperawatan keluarga, diagnosis keperawatan yang muncul dapat dua sifat, yaitu yang berhubungan dengan anak bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkermbang secara optimal sesuai usia anak dan yang berhubungan dengan keluarga dengan penyebab (etiologi) berpedoman pada lima tugas keluarga di bidang kesehatan yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.

C.      Contoh rencana asuhan keperawatan
1.         Ketidakberdayaaan anak menegerjakan tugas sekolah berhubungan dengan kurangnya keterlibatan orang tua  
Tujuan             : Anak mampu mengerjakan tugas sekolah
Orang tua ikut terlibat dalam pembelajaran anak
Intervensi        :
a.         Diskusikan dengan orang tua dan anak tentang masing-masing peran anggota keluarga
b.        Diskusikan cara belajar yang menarik 
c.         Beri penjelasan pada anak tentang tugasnya sebagai pelajar.
d.        Anjurkan orang tua untuk menemani anak belajar.
e.         Anjurkan kepada orang tua untuk memberi penghargaan jika anak mampu mengerjakan tugasnya

2.         Resiko hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya interaksi dengan lingkungan   
Tujuan             : Tidak terjadi hambatan komunikasi verbal pada anak.
Intervensi        :
a.         Kaji kemampuan anak dalam berkomunikasi.
b.        Kaji interaksi anak dengan lingkungan
c.         Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang pentingnya komunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan
d.        Ajari anak berinteraksi dengan lingkungan dan teman.
e.         Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering mengajak anak berkomunikasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
  • Keluarga  adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
  • Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
·         Faktor menarik dalam sebuah situasi spesifik membangkitkan minat baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
·         Minat seorang individu berhubungan erat dengan sistem dirinya

4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah sesuai dengan prosedur keparawatan.

DAFTAR PUSTAKA

·         Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC
·         Sudiharto, S.Kp, M.Kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
·         http://bimbingan%20%20ttg%20minat%20%5BCompatibility%20Mode%5D

Tidak ada komentar: