Kamis, 24 Februari 2011

ALERGI MAKANAN


BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang
Alergi sudah sejak lama menjadi persoalan yang merepotkan manusia. Dahulu kala alergi dianggap sebagai kutukan dewa yang dijatuh pada batok kepala orang. Karena sifatnya yang herediter, alergi dianggap kutukan yang turun temurun. Kini alergi memang tidak lagi dianggap sebagai kutukan, tapi sebegitu jauh ternyata belum banyak berhasil diungkapkan liku-likunya. Reaksi alergi bisa lokal, bisa juga menyeluruh.
Alergi merupakan pertanda bahwa beberapa infiltran kecil telah masuk dan mencoba hendak mengacaukan keseimbangan tubuh kita. Reaksi ini bisa berwujud macam-macam, mulai dari yang paling ringan sampai yang berat. Reaksi lokal berupa urticria--kulit tampak merah-merah, gatal dan bengkak. Jika khusus menyerang mukosa hidung, maka pilek akan menetes berkepanjangan dan hidung terasa mampat. Ada orang yang bersin terus-menerus karena menghirup sari rumputan yang berserakan diterbangkan angin. Ada pula yang sesak napas karena asmanya kumat.

1.2         Tujuan
1.2.1        Untuk lebih mengerti tentang alergi makanan.
1.2.2        Untuk pedoman menjalankan peran perawat khususnya dalam menangani pasien alergi makanan.
1.3         Manfaat
1.3.1        Menambah informasi tentang alergi makanan.
1.3.2        Lebih terampil dalam aplikasi dan pasien  dengan alergi makanan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1         Pengertian
Alergi adalah sebuah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda asing. Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta akan meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja lebih giat.
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula.
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Alergi makanan di masyarakat merupakan istilah umum untuk menyatakan reaksi simpang terhadap makanan termasuk di dalamnya proses non-alergi yang sebenarnya lebih tepat disebut intoleransi. Intoleransi makanan merupakan reaksi terhadap makanan yang bukan reaksi imunologik, misalnya reaksi toksik, reaksi metabolik, dan reaksi indiosinkrasi.

2.2         Prevalensi
Prevalensi alergi makanan lebih rendah dibandingkan reaksi samping/efek samping dari makanan. Diperkirakan alergi makanan muncul sebanyak 2-5% pada populasi.
Di Poliklinik Alergi Imunologi bagian Ilmu Kesehatan Anak  FKUI/RSCM dari hasil uji kulit terhadap 69 penderita asma alergik di dapatkan 45.31 % positif terhadap kepiting, 37.53 % terhadap udang kecil, dan 26.56 % terhadap coklat sedangkan dari seluruh penderita alergi anak sekitar 2.4 % adalah alergi terhadap susu sapi.
Di Inggris bagian selatan, tahun 2000 di laporkan lebih dari 50 % orang dewasa menderita alergi makanan. Sekitar 70 % penderita alergi baru mengetahui kalau ia mengalami alergi setelah lebih dari 7 tahun.Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi setelah 5 tahun, bahkan terdapat 22% baru mengetahui setelah lebih 15 tahun mengalami alergi tersebut. Sebanyak 80% penderita alergi mengalami gejala seumur hidup.

2.3         Penyebab
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus (ketidakmatangan saluran cerna), pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus. Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek atau nenek pada penderita. Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%. Bila kedua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 -  70%.
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.

2.4         Manifetasi Klinis
Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain.
Pada seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis.
Gejala dan tanda alergi dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai penyebab. Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan gejala alergi yang berbeda pula, misalnya pada alergi ikan laut menimbulkan gangguan kulit berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit berupa papula atau furunkel. Sedangkan buah-buahan menimbulkan gangguan batuk atau pencernaan.
Kompleksnya proses pencernaan makanan akan mempengaruhi waktu, lokasi dan gejala alergi makanan. Gejala dapat muncul beberapa menit setelah makan atau berjam jam kemudian. Gejala dari alergi makanan dapat berupa :
·      Kulit
Reaksi alergi terhadap makanan yang paling banyak muncul ke kulit. Bentol kemerahan, sangat gatal, dan bengkak. Bahkan kadang muncul berkelompok dan keluar dengan cepat. Bentol pada kulit dapat dapat muncul sendiri maupun disertai dengan gejala alergi lainnya.
Dermatitis atopik atau eczema, kondisi kulit yang ditandai dengan gatal, betsisik, kemerahan, bisa juga dipicu oleh alergi terhadap makanan. Reaksi ini umumnya bersifat kronik dan muncul pada seseorang yang memiliki riwayat keluarga mempunyai alergi atau asma.
·      Saluran napas
Gejala asma seperti batuk, napas berbunyi, hidung tersumbat atau kesulitan bernapas, dikarenakan penyempitan saluran pernapasam, dapat dipicu oleh alergi terhadap makanan, terutama pada bayi dan anak-anak. Pusing atau pingsan.
·      Saluran cerna
Gejala alergi terhadap makanan yang mempengaruhi saluran cerna meliputi mual, muntah, diare, kram perut, terkadang ruam kemerahan dan gatal di sekitar mulut. Selain itu, bisa juga terjadi gatal dan bengkak di sekitar mulut dan kerongkongan, sakit perut, dan banyak gas. Bengkak pada bibir, wajah, lidah, tenggorokan atau bagian tubuh lainnya.
Pada bayi, reaksi non alergi, biasanya reaksi sementara pada beberapa makanan terutama buah, biasa ditemukan. Misalnya terdapat ruam di sekitar mulut disebabkan oleh asam alami pada buah tomat dan jeruk, atau diare dikarenakan gula dalam jus buah atau makanan lainnya yang muncul pada beberapa kali. Reaksi lainnya merupakan reaksi alergi, dan dapat disebabkan oleh makanan yang menimbulkan alergi bila dimakan lagi. Seiring dengan pertumbuhannya, beberapa anak dapat mentoleransi makanan yang sebelumnya merupakan penyebab alergi.

2.5         Patofisiologi
A.  Terjadinya Reaksi Alergi Secara Umum      
1.    Sel darah putih merupakan sistem imunitas tubuh paling utama.
Ø  Saat antigen memasuki tubuh, secara otomatis seluruh jaringan tubuh akan melakukan suatu proses kompleks untuk mengenali benda asing tersebut.
Ø  Sel darah putih menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan antigen. Proses ini disebut sensitisasi.
Ø  Antibodi bekerja dengan mendeteksi dan merusak substansi yang menyebabkan penyakit.  Pada reaksi alergi, antibodi dikenal sebagai immunoglobulin E, atau IgE.
2.    Antibodi ini memerintah "para mediator" untuk memproduksi semacam zat yang mampu mengurangi kadar kimia dan hormon yang dimiliki antigen.
Ø  Mediator yang umum dikenal diantaranya adalah Histamine.
Ø  Mediator mempunyai efek meningkatkan aktivitas sel darah putih. Inilah yang memungkinkan terjadinya gejala yang mengikuti.
Ø  Jika hadirnya mediator dirasa sudah cukup, reaksi alergi bisa dikatakan telah berakhir.
3.    Reaksi alergi sebenarnya sebuah keunikan bagi kita. Tubuh sudah pasti akan mengenali antigen jika sewaktu-waktu akan menyerang kembali.
B.  Terjadinya Reaksi Alergi Makanan      :
Reaksi imunologis tubuh mempengaruhi timbulnya alergi terhadap makanan. Reaksi ini melibatkan imunoglobulin, yaitu protein yang membantu dalam respon kekebalan tubuh, tepatnya Imonuglobulin E (IgE) yang membentuk respon imun tubuh. Respon imun yang muncul dalam reaksi alergi melalui dua tahap, yaitu tahap sensitisasi alergen dan tahap elisitasi.
1.    Tahap sensitisasi
Tahap sensitisasi muncul ketika tubuh memproduksi antibodi IgE yang spesifik. Tahap sensitisasi ini juga disebut dengan tahap induksi, merupakan kontak pertama dengan alergen (yaitu ketika mengkonsumsi makanan penyebab alergi).
2.    Tahap elisitasi
Fase elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang. Ketika terpajan dengan makanan (penyebab alergi) yang sama, protein akan mengikat molekul di sel mediator (sel basofil dan sel mast). Tahap elisitasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang menyebabkan inflamasi (seperti leukotrien dan histamin). Efek yang timbul serta keparahan alergi dipengaruhi oleh konsentrasi dan tipe alergen, rute pajanan, dan sistem organ yang terlibat (misalnya kulit, saluran cerna, saluran pernapasan, dan darah).
C.  Contoh Reaksi Alergi Makanan
Ø Telur :
Pada orang normal, protein-protein tersebut adalah ‘teman’ bagi sistim kekebalan (imunitas) tubuh. Tetapi, pada orang alergi, sistim kekebalan tubuh mereka mengenali protein tersebut sebagai ‘musuh’ yang berbahaya dan harus segera disingkirkan dari tubuh.
Misalnya pada orang yang alergi telur. Saat pertama kali dalam hidupnya mengkonsumsi telur, sistim kekebalan tubuhnya akan mengenali ovmukoid telur sebagai zat asing yang berbahaya bagi tubuh.Sistim kekebalan tubuh kemudian memproduksi suatu antibodi terhadap ovomukoid yang disebut Immunoglobulin E (IgE).
Selanjutnya, jika ia makan telur lagi (dalam jumlah sedikit sekalipun), IgE akan segera mengenali ovomukoid telur, kemudian mengirim sinyal ke sistim kekebalan tubuh untuk mengeluarkan histamin dan beberapa senyawa kimia lainnya ke dalam aliran darah.
Histamin dan senyawa kimia tersebut dimaksudkan untuk menyingkirkan ovomukoid telur, tetapi pada kenyataannya juga berefek buruk terhadap bagian tubuh lainnya. Histamin adalah senyawa kimia yang sangat kuat, yang dapat mempengaruhi sistim pernapasan, sistim kardiovaskuler, sistim pencernaan dan kulit. Gejala yang ditimbulkan oleh histamin antara lain adalah hidung berair, gatal pada mata, kering tenggorokan, gatal dan timbul bentol merah pada kulit, mual, diare, susah bernapas, bahkan syok anafilaktik.
Untuk menghambat aktifitas histamin biasanya diberikan antihistamin. Beberapa contoh obat golongan antihistamin yaitu difenhidramin, CTM, setirizin, loratadin, feksofenadin dan lain-lain.
Obat lain yang digunakan untuk alergi biasanya disesuaikan dengan gejala yang timbul. Jika timbul sesak napas, diberikan oksigen dan obat-obat yang melonggarkan saluran pernapasan. Jika terjadi syok anafilaktik, yaitu turunnya tekanan darah secara tiba-tiba yang ditandai dengan kaki dan tangan dingin, bibir biru, serta pingsan, maka suntikan efineprin harus segera diberikan.
Obat-obat tersebut diatas hanya mengatasi gejala yang timbul akibat serangan yang sedang terjadi; tidak untuk menyembuhkan alergi. Artinya, jika lain kali orang tersebut makan telur, atau makanan lain yang pernah menyebabkan dia alergi, maka gejala alergi akan muncul kembali.

2.6         Makanan Penyebab Alergi
Macam-macam pencetus alergi yang dikenali oleh umum :
1.      Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2.      Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin, kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan alergi serius di sekujur tubuh.
3.      Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan.
4.      Pada orang dewasa : makanan laut seperti kerang, udang, lobster, kepiting, cumi cumi, dan ikan. Beberapa jenis kacang kacangan seperti kacang kenari, kacang tanah. Yang paling sering ditemukan adalah alergi telur.
5.      Pada anak anak : Pola alergi yang terjadi terkadang berbeda dengan orang dewasa. Makanan yang sering menimbulkan alergi pada anak adalah telur, susu, kacang tanah, dan buah buahan seperti tomat dan stroberi
6.      Alergen dalam makanan :
·         Merupakan protein, glikoprotein atau polipeptida dengan besar molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan enzim proteolitik.
·         Pada ikan diketahui allergen-M sebagai determinan. Pada telur ovomukoid merupakan alergen utama. Pada susu sapi betalaktoglobulin (BLG), alfalalaktalbumin (ALA), bovin serum albumin (BSA) dan bovin gama globulin (BGG) merupakan alergen utama dan BLG adalah alergen terkuat. Pada kacang tanah alergen terpenting adalah arachin, conarachin dan peanut-1. Pada udang dikenal allergen-1 dengan berat molekul 21.000 dalton dan Allergen-2 dengan berat molekul 200.000 dalton. Pada gandum yang merupakan alergen utama adalah: albumin, pseudoglobulin dan euglobulin.

2.7         Cara Pemeriksaan
Diagnosis alergi makanan diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Ø  Diagnosis dengan diet eliminasi
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :
·         ELIMINATION DIET
Beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu, Telur, Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK. Merupakan makanan-makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi makanan-makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi. Indeks ini mungkin lain untuk wilayah yang lain, sebagai contoh dengan DBPFC mendapatkan telur, kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi, sapi dan kentang, sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan kacang.
·         MINIMAL DIET 1 (Modified Rowe’s diet 1)
Terdiri dari beberapa makanan dengan indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan ”elimination diet”, regimen ini terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air, beras, daging sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai. Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.
·         MINIMAL DIET 2 (Modified Rowe’s Diet 2)   
Terdiri dari makanan-makanan dengan indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya : air, kentang, daging kambing, kacang merah, buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat kasein, bahan makanan yang lain tidak diperkenankan.
·         EGG and FISH FREE DIET
Diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan-makanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita-penderita dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan eksema.
·         HIS OWN’S DIET        
Menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai poenyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan 1 bahan makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada perbaikan padahal sudah dilakukan dengan benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum memulai regimen yang baru, penderita diberi ”carnaval” selama seminggu, artinya selama 1 minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik, dengan demikian ada semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya diet yang berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan provokasi.
Ø  Pemeriksaan Penunjang
·         Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
·         Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
·         IgE total dan spesifik    : harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.

2.8         Diagnosa Banding
Ø  Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau mual muntah, misalnya : stenosis pilorik, Hirschsprung, defisiensi enzim, galaktosemia, keganasan dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic disease dan sebagainya.
Ø  Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif, misalnya : bahan pewarna dan pengawet, sodium metabisulfite, monosodium glutamate, nitrit, tartrazine, toksin, fungi (aflatoxin), fish related (scombroid, ciguatera), bakteri (Salmonella, Escherichia coli, Shigella), virus (rotavirus, enterovirus), parasit (Giardia, Akis simplex), logam berat, pestisida, kafein, glycosidal alkaloid solanine, histamin (pada ikan), serotonin (pisang, tomat), triptamin (tomat), tiramin (keju) dan sebagainya.

2.9         Penatalaksanaan
Ø  Identifikasi alergen dan eliminasi :
·         Diet eliminasi/provokasi adalah untuk diagnostik. Bila alergen telah diketemukan maka harus dihindari sebaik mungkin dan makanan-makanan yang tergolong hipoalergenik dipakai sebagai pengganti.
·         Pada bayi dari keluarga atopik, disarankan menunda pemberian makanan makanan yang dikenal sebagai makanan alergenik utama, dengan cara :
ü  Eliminasi susu sapi sampai usia 1 tahun
ü  Eliminasi telur sampai usia 18-24 bulan
ü  Eliminasi kacang-kacangan dan ikan sampai usia 3 tahun
Ø  Menghindari Penyebab / Pencetus.
Menghindari makanan yang menjadi penyebab alergi merupakan hal yang paling utama dalam penanganan alergi makanan. Setelah diketahui jenis makanan yang menyebabkan alergi maka makanan tersebut harus segera dihapuskan dari daftar menu sehari hari. Caranya adalah pasien harus dapat membuat daftar makanan/kandungan makanan yang ia makan sehari hari. Ketika alergi muncul, maka ia dapat melihat kembali apa apa saja yang ia makan sebelum munculnya alergi. Bila sudah ditemukan, segera hapus jenis makanan tersebut dari daftar menu.
Bila gejala alergi telah muncul maka perlu dilakukan pengobatan terhadap gejala yang timbul. Misalnya dengan pemberian obat antihistamin untuk mengatasi gejala pada kulit, saluran cerna, asma, bersin dan rasa tidak enak pada hidung. Bila gejala yang timbul sangat berat, segeralah membawa pasien tersebut ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Berikut beberapa tips seputar menghindari makanan penyebab alergi :
·         Usahakan mengetahui jenis kandungan makanan atau minuman yang akan anda santap, baca labelnya dengan teliti.
·         Berhati-hatilah saat makan di restoran, warung, atau pada acara kenduri. Jika ada makanan yang mengandung bahan yang membuat anda alergi, hindarilah.
·         Carilah ‘persamaan kata’ bahan makanan yang membuat anda alergi. Misalnya, kasein untuk susu, gluten untuk gandum, minyak sayur hidrolisat untuk kacang, dll.
·         Sebaiknya anda berkonsultasi dengan ahli gizi untuk menyusun menu yang cocok dan seimbang.
Ø  Terapi
Ada beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan oleh seseorang yang menderita alergi. Terapi paling mudah adalah dengan menghindari makanan penyebab. Untuk hal ini diperlukan bantuan ahli gizi. Selain itu, juga diharuskan untuk hati-hati membaca label makanan karena bisa jadi ada kandungan yang dapat menyebabkan alergi pada produk tersebut.
Penderita dan orangtua harus mengetahui dan mempunyai daftar tulisan istilah yang digunakan pada kemasan makanan tentang jenis protein yang terkandung. Telor mungkin ditulis sebagai albumin atau lesitin, susu sapi ditulis sebagai whey, kasein atau caseinete. Label pada makanan kemasan yang dibeli harus dilihat dengan teliti setiap hendak membeli atau memngkonsumsi. Antigen seperti kacang tanah mungkin ditemukan dengan tak diduga di dalam minyak, tepung, daging yang diproses, dan susu dan susu cream. Makanan apapun termasuk makanan yang banyak dijual dan dikonsumsi awam dapat terkontaminasi silang baik secara tidak langsung atau langsung dengan makanan yang lain. Di restoran atau rumah makan, perlu diketahui informasi dengan cermat kalau perlu dari juru masaknya tentang semua resep yang terkandung dalam makanan yang dipesan.
Bagi yang menderita asma, pastikan untuk memeriksa apakah sulfit terdapat dalam makanan anda. Periksa label makanan anda apakah ada kata-kata ”sodium bisulfite,” ”potassium bisulfite,” ”sodium sulfite,” ”sulfur dioxide” dan ”potassium metabisulfite.”
Terapi lainnya adalah dengan menggunakan suntikan epinefrin pada saat serangan. Penderita harus selalu membawa epinefrin injeksi (Ana-Kit or EpiPen) setiap waktu bila hendak bepergian. Bila penderita sudah terlanjur mengkonsumsi makanan yang berpotensi mematikan dan timbul gejala pemberian segera injeksi epinefrin sebelum timbul gejala. Dianjurkan kepada penderita alergi untuk menggunakan pertanda medis seperti gelang atau kalung sebagai pertanda apabila sedang mengalami kesulitan ketika gejala alergi terjadi dan ketika itu tidak bisa berkomunikasi.
Ø  Farmakoterapi :
·         Kromolin, Nedokromil.
Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis alergika. Kromolin umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala Dermatitis Atopi yang disebabkan alergi makanan. Dosis kromolin untuk penderita asma berupa larutan 1% solution (20 mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk nebulisasi atau berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler 1,6 mg (800 µg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk rinitis alergik digunakan obat semprot 3-4 kali/hari yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata 4% 4-6 x 1 tetes mata/hari.
Nedokromil untuk nebulisasi tak ada. Yang ada berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler dan dosis untuk asma adalah 3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.
·         Glukokortikoid.
Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut digunakan pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF yang kurang dari 60%, gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan memerlukan nebulizer serta bronkodilator parenteral darurat menggunaan bronkodilator. Steroid oral yang dipakai adalah : metil prednisolon, prednisolon dan prednison. Prednison diberikan sebagai dosis awal adalah 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-kira 4 hari kemudian diturunkan sampai 0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10 hari. Steroid parenteral digunakan untuk penderita alergi makanan dengan gejala status asmatikus, preparat yang digunakan adalah metil prednisolon atau hidrokortison dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral. Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika.
·         Beta adrenergic agonist
Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa diberikan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis.
·         Metil Xantin
Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
·         Simpatomimetika
ü  Efedrin : 0,5 – 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
ü  Orciprenalin : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
ü  Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
ü  Salbutamol : 0,1 – 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
·         Leukotrien antagonis
LTC4 dan LTD4 menimbulkan bronkokonstriksi yang kuat pada manusia, sementara LTE4 dapat memacu masuknya eosinofil dan netrofil ke saluran nafas. Dapat digunakan pada penderita dengan asma persisten ringan. Namun pada penelitian dapat diberikan sebagai alternatif peningkatan dosis kortikosteroid inhalasi, posisi anti lekotrin mungkin dapat digunakan pada asma persisten sedang, bahkan pada asma berat yang selalu membutuhkan kortikosteroid sistemik, digunakan dalam kombinasi dengan xantin, beta-2-agonis dan steroid. Preparat yang sudah ada di Indonesia adalah Zafirlukast yang diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.
·         H1-Reseptor antagonis
H1 reseptor antagonis generasi kedua tidak ada efek samping CNS. Setirizin bisa digunakan pada anak mulai umur 1 tahun dan tidak ada efek samping kardiovaskular, dapat digunakan jangka lama. H1 reseptor antagonis generasi pertama efek antikolinergiknya dapat memperburuk gejala asma karena pengentalan mukus. Pada dosis tinggi efek samping pada CNS sangat membatasi penggunaanya dalam pengobatan asma. Beberapa penelitian membuktikan efektifitas.
ü  Difenhidramin diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam. CTM diberikan dengan dosis 0,09 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam. Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari.
ü  Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis,1 kali/hari. Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun : 30 mg/hari, 2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180 mg/hari, 4 kali/hari. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan 2 kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari.
ü  Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-6 tahun : 15 mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30 mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari 4 kali/hari.
ü  Ipratropium bromide 0.03% 2 semprotan, 2-3 kali/hari.
Ø  Pencegahan :
·         Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi dengan pencegahan yang efektif akan mengendalikan frekuensi dan intensitas serangan, penggunaan obat, jumlah hari absen sekolah, serta membantu memperbaiki kualitas hidup.
·         Pemberian ASI sangat dianjurkan. Pada bayi yang melakukan eliminasi makanan dan mendapat ASI, maka ibu juga harus pantang makanan penyebab alergi. Dengan eliminasi sebelumnya, alergi susu sapi menghilang pada kebanyakan kasus pada umur 2 tahun. Untuk pengganti susu sapi dapat dipakai susu hidrolisat whey atau hidrolisat casein. Pilihan lain adalah susu formula kedelai, dengan harus tetap waspada terhadap kemungkinan alergi terhadap kedelai. Pada bayi yang menderita alergi makanan derajat berat yang telah menggunakan formula susu hipoalergenik, bila ingin melakukan diet provokasi dengan susu formula sapi, harus dilakukan dirumah sakit, karena jika gagal ada kemungkinan terjadi renjatan anafilaksis.
·         Sayur mayur bisa dianjurkan sebagai pengganti buah, daging sapi atau kambing sebagai pengganti telur ayam dan ikan.
·         Makan di restoran kurang aman dan dianjurkan selalu membaca label bahan-bahan makanan jika membeli makanan jadi.
·         Desensitisasi pada alergi makanan tidak dilakukan sebab reaksinya hebat dan sedikit sekali bukti-bukti kerberhasilannya. Andaikata berhasil, selama desensitisasi penderita juga tetap harus menyingkirkan makanan penyebab serangan alergi itu.

2.10     Prognosis
Alergi makanan yang mulai pada usia 2 tahun mempunyai prognosis yang lebih baik karena ada kemungkinan kurang lebih 40% akan mengalami grow out. Anak yang mengalami alergi pada usia 15 tahun ke atas cenderung untuk menetap.

 DAFTAR PUSTAKA


http://medicastore.com/
 
 

Tidak ada komentar: